Dialog Jokowi Dan Megawati Saat Susun Kabinet Kerja yang Tidak Diketahui Publik - SERBA SERBI DUNIA

Latest

Saturday, September 2, 2017

Dialog Jokowi Dan Megawati Saat Susun Kabinet Kerja yang Tidak Diketahui Publik


Ternyata ada kisah yang baru terungkap ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertanya kepada Ketua Umum PDI Perjuangan yang juga Presiden RI Kelima, Megawati Soekarnoputri soal bagaimana susunan kabinet akan dibentuk di awal pemerintahan.

Kisah itu diungkapkan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, saat mengikuti perayaan Idul Adha 1938 Hijriyah di Masjid Al-Huda, Teggumung Wetan, Surabaya, yang dihadiri Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, Jumat (1/9/2017).

Ketika menyampaikan kata-kata sambutannya, Hasto Kristiyanto mengisahkan dialog antara Megawati dengan Presiden Jokowi.

Kata Hasto, dialog itu didasari oleh Pancasila sila pertama soal Ketuhanan yang Maha Esa. Ketuhanan yang dimaksud adalah ketuhanan yang berkebudayaan, penuh toleransi, berbudi pekerti, tanpa egoisme.

Megawati dan Jokowi lalu berdialog soal bagaimana membumikannya, demi kesejahteraan rakyat Indonesia.

Saat itu, kata Hasto, Jokowi bertanya kepada Megawati soal bagaimana susunan kabinet akan dibentuk.

Megawati lalu berkata dengan jelas kepada Jokowi, bahwa republik ini dibangun dengan perjuangan, tetesan keringat, darah dan air mata.

Lalu, siapa yang berkeringat bagi republik? Demikian tanya Megawati.

Pada 1912, didirikanlah Muhammadiyah. Pada 1926, didirikanlah Nahdatul Ulama. Pada1927, didirikan Partai Nasional Indonesia. Dan pada 1945, Bung Karno membangun Tentara Nasional Indonesia.

Megawati lalu menekankan kepada Jokowi, bahwa kalau keempat kekuatan ini bersatu, maka ‎Indonesia yang adil dan makmur akan terwujud dengan baik.

Selanjutnya, kata Hasto, Megawati juga mengingatkan Jokowi, bahwa Islam yang masuk ke Indonesia adalah Islam yang membangun peradaban. Islam yang masuk dengan tradisi perdagangan.

"Karena itulah perkuat ekonomi rakyat, libatkanlah umat Islam dalam kegiatan ekonomi itu. Karena inilah subjek sejati Islam yang ada di Indonesia," kata Hasto mengutip pernyataan Megawati.

Hasto secara pribadi mengatakan, sikap demikian berbeda dengan tradisi di Orde Baru, dimana Islam dijauhkan dari perdagangan.

Dilanjutkan dia, oleh karena itulah Presiden Jokowi, bersama Nahdatul Ulama dan Ketua Majelis Ulama Indonesia KH Mar'uf Amin, membangun ekonomo untuk Ummat.

"Itulah prinsip ketuhanan yang menyatu dengan tradisi kemanusiaan yang adil dan beradab. Tanpa ketuhanan yang bicara soal keadilan dan beradab, tak ada artinya," kata Hasto, seperti dikutip dari keterangannya kepada Tribunnews.com, Jumat (1/9/2017).

Hasto juga menyampaikan bahwa Idul Adha bukan sekedar jalan pengorbanan demi keyakinan‎ kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tapi juga sebagai cerminan bagaimana kepasrahan jiwa sebagai umat kepada Sang Maha Pencipta.
Melalui itu, Ummat tak hanya menempuh jalan keimanan, tetapi juga menempuh jalan pengabdian bagi bangsa dan negara.

‎Dia mengaku sudah tiga tahun terakhir berada di Jawa Timur untuk merayakan Idul Adha, demi menyatu dengan Wong Cilik.

Bandar Q Domino QQ Poker Online Terbaik Dan Terpercaya