Pertapa India Angkat Tangan selama 45 tahun Untuk Bhaktinya Kepada Dewa Siwa - SERBA SERBI DUNIA

Latest

Monday, May 13, 2019

Pertapa India Angkat Tangan selama 45 tahun Untuk Bhaktinya Kepada Dewa Siwa

Tidak makan selama satu bulan..ah sudah biasa! Tidak sikat gigi selama 2 bulan, itu juga sudah terlalu mainstream. Bagaimana dengan mengangkat tangan selama 45 tahun tanpa henti dan tak pernah beristirahat?. Rasanya memang terdengar mustahil bagi kita, tapi kenyataan berkata lain. Seorang pertapa beraliran Siwa di India bernama Sadhu Amar Bharati telah mengangkat lengan kanannya dalam posisi tinggi menunjuk langit. Apa yang ia lakukan sudah menjadi nazar dalam hidupnya.
Sadhu Amar Bharati sebenarnya hidup seperti manusia biasa. Dia punya rutinitas bekerja setiap hari, memiliki rumah serta istri dan tiga orang anak. Hingga pada suatu hari di tahun 1970, Sadhu Amar Bharati mendapatkan firasat ghaib dalam mimpinya.  Ketika terbangun ia memutuskan untuk meninggalkan semua masalah keduniawian dan mengabdikan diri serta melayani Dewa Siwa sepenuh hati yang menjadi pujaannya.
Demi Perdamaian Umat Manusia dan Baktinya Kepada Dewa Siwa, Sadhu Amar Bharati Rela mengangkat tangannya selama 45 tahun sejak 1973
Tak lagi mencari kesenangan hidup, pria berkumis tipis melengkung  yang sudah ‘meninggalkan’ anak istrinya itu pun merubah penampilannya seperti seorang pertapa. Dengan berpakaian agamis sederhana, Sadhu berpindah-pindah tempat untuk meditasi sambil membawa tongkat logam Trisula yang dipercayainya. Menunjukkan kalau ia adalah seorang Sadhu, pertapa yang memuja Dewa Siwa, membaktikan hidupnya kepada Dewa sang pelebur alam semesta.
Tiga tahun menjadi seorang Sadhu tak juga membuat Amar Bharati nyaman dengan kehidupan barunya. Ia merasa masi lekat dengan hal-hal kemewahan. Tepat di tahun 1973, sebagai pemutus keduniawian Sadhu Amar Bharati memutuskan untuk mengangkat tangan kanannya dan bersumpah kepada Dewa Siwa bahwa ia tidak akan menurunkan tangannya kebawah apalagi sampai menggunakan tangan kanannya untuk hal apapun.
Tekadnya yang begitu besar, menjadikan nazar itu terlunaskan. Lebih dari 45 tahun hingga hari ini tangannya tidak pernah diturunkan lagi, bahkan ketika sedang makan, tidur atau boker sekalipun. Semua warga desa yang tinggal tak jauh dari lingkungan komunitas Sadhu pun menjadi saksi mata, kalau mereka melihat dengan mata kepala sendiri Amar Bharati tak pernah memberikan istirahat tangan kanannya, padahal mereka berbincang seharian penuh.
Kelamaan Mengangkat tangan selama puluhan tahun, Membuat Tangan Amar Bharati jadi keriting pangsit
Sadhu Amar Bharati Raised his arm for over 40 years
Efek dari Mengangkat Lengan Kanannya Selama 45 Tahun membuat tangan Amar Bharati sangat kurus, seperti tulang yang terbungkus kulit, dan membuat lebih kecil dibandingkan tangan kirinya. Tidak tau ritual apa yang sedang dijalankan oleh Amar Bharati, namun temannya sesama pertapa Sadhu mengatakan kalau Amar Bharati kecewa dengan semua peperangan, konflik antar manusia yang terjadi di seluruh dunia. Bharati pun akhirnya mengangkat tangannya sebagai simbol perdamaian dan pengabdian imannya terhadap Dewa Siwa.
Tak sedikit para Sadhu lain juga ikut-ikutan mengangkat tangan mereka seperti Bharati meskipun hanya sanggup menahan selama beberapa hari saja. Sadhu Amar Bharati menceritakan pengalamannya saat ia pertama kali mengangkat tangan tanpa pernah beristirahat, begini ceritanya;
Pertapa India Angkat Tangan selama 45 tahun Demi Bhaktinya Kepada Dewa Siwa
‘Di awal tahun pertama rasane sangat sakit luar biasa, tapi akhirnya aku bisa mengalahkan rasa sakit itu. Setelah kurang lebih 2 tahun tidak ada lagi rasa encok pegal linu. Karna sarafku sudah mati dan urat-urat ku telah berhenti mengembang. Tapi dampaknya engsel tulangku macet ngendok dan tidak bisa digerakkan sedikitpun.
Kaku mengeras dalam posisi semi vertikal, tapi anehnya kuku-kuku jariku kok masih tumbuh terus ya, ya sudah kubiarkan saja sekalian ia tumbuh gondrong lagian aku juga jarang mandi tak tung tuang, palingan 3 bulan hanya sekali saja itu pun kalau tak sengaja kehujanan imbuh Sadhu Amar Bharati sambil berpose jari menunjuk salah satu paslon tertentu.