Serba Vintage, Menjual Ke-jadul-an - SERBA SERBI DUNIA

Latest

Monday, February 19, 2018

Serba Vintage, Menjual Ke-jadul-an


Perabot rumah dengan desain bergaya lama, dengan sedikit sentuhan modern, kembali menarik minat sebagian masyarakat. Meja dan kursi dengan kaki yang ramping dan agak miring populer kembali. Meski berteknologi digital, radio Magno dengan bingkai kayu yang memiliki warna dan tektus khas telah mengesankan produk vintage. Volkswagen menyiapkan mobil Beetle berdesain vintage. Helm Givi Oldster ditawarkan untuk masyarakat yang menyukai gaya berkendara kuno.

Para pembuat produk dan pemasar rupanya menyadari bahwa masa lampau yang menyenangkan memiliki nilai jual yang tinggi. Orang menyukai nostalgia yang membuat mereka tersenyum—foto masa kecil, lantai dari ubin abu-abu, mobil yang belum berpendingin udara, maupun perabot serba kayu. Meskipun kadang-kadang ada secuil kesedihan di dalamnya: tentang teman masa kecil yang sudah berpulang.

Nostalgia, ingatan pada masa lampau, menghubungkan diri kita dengan sesuatu yang lebih besar—pengalaman hidup, sejarah, asal-muasal diri, akar budaya. Ketika kita duduk di atas kursi (ya, kursi baru dengan desain vintage), kita seperti terkoneksi dengan masa kecil kita, duduk bersama orang tua dan kakak-adik sembari menikmati teh hangat saat bulan purnama.

Ketika itu televisi belum menyita banyak waktu kita, apa lagi internet dan telepon seluler yang di masa kini meminta perhatian saban detik. Boleh jadi, produk berdesain vintage dapat merasakan kembali kehangatan sebagai keluarga, tetangga, maupun kerabat—yang kini terkikis oleh kesibukan dunia digital.

Bagi yang lahir di era internet, ke-jadul-an pada produk-produk vintage yang banyak ditawarkan adalah sarana untuk merasakan pengalaman masa lampau yang belum pernah mereka rasakan. Tentu saja, sungguh tak terelakkan, memang berbeda, tapi setidaknya ini memberi pengayaan terhadap pengalaman hidup.

Lewat kursi, sepeda, mobil, hingga penataan ruang ala vintage ataupun retro menjadikan mereka merasakan pengalaman yang tidak dijumpai di era digital. Mereka mungkin membayangkan sebuah zaman yang dijalani oleh orangtua dan kakek-nenek mereka. Mereka ingin merasakan pengalaman, bukan sekedar mendengar dongengnya.

Maka, ketika para pembuat produk dan pemasar ‘menjual’ ke-jadul-an berupa produk vintage dan retro, mereka bukan sekedar menjual barang. Mereka, menyadari atau tidak, menciptakan makna bagi pengguna produk mereka. Mereka membawa konsumen menyusuri zaman menuju masa lampau: nostalgia bagi yang pernah mengalaminya, dan pengalaman baru bagi yang pertama kali merasakannya.

Bandar Q Domino QQ Poker Online Terbaik Dan Terpercaya

Bandar Q Domino QQ Poker Online Terbaik Dan Terpercaya