Serba Serbi Filosofi Batik - SERBA SERBI DUNIA

Latest

Thursday, February 8, 2018

Serba Serbi Filosofi Batik


Jakarta -Menurut perancang Boyonz Ilyas batik memiliki nilai yang sarat dengan makna dan filosofi. Batik adalah teknik perintang warna dengan menggunakan lilin (malam), yang telah ada sejak pertama kali diperkenalkan nama batex oleh Chastelein, seorang anggota Raad van Indie (dewan Hindia) pada tahun 1705.

Pada masa itu penanaman dan penenunan kapas sebagian besar berpusat di pulau Jawa. Penduduk biasa mengenakan kain yang dilukis dengan cara mereka sendiri. Tetapi kaum bangsawan Jawa pada masa itu selalu mengenakan kain dari Gujarat. "Seharusnya mereka selalu mengenakan kain batik," kata Boyonz mengutip Chastelein. Akhirnya teknik itu berkembang dan dikenakan oleh hampir semua kalangan, sampai dengan sekarang.

Boyonz menjelaskan sebagaimana namanya batik adalah ngemban titik. Yang secara filosofis berarti padat karya, sebab membatik memang membutukan serta melibatkan banyak tenaga kerja. Mulai mendesain, menggambar motif, membuka-tutup kain dengan malam, mewarnai, hingga memasarkan batik itu sendiri. Secara filosofi lainnya mbatik juga bisa berarti mbabate teko sitik. Hal itu, lantaran membatik membutuhkan kesabaran luar biasa dan mengingat membatik bersumber dari kata hati.

Lebih jauh seperti diterangkan Boyonz, batik pada mulanya menjadi bagian dari craftmanship. Namun seiring penetrasi teknologi produksi dan pewarnaan, kental sekali nuansa industrinya. Pada akhirnya kitapun hanya mengenal batik tulis (handdrawn), kemudian teknik yang ditinggalkan sejak abad 19 berupa batik cap (handstamp). Yang paling mutakhir inovasi di Pekalongan yaitu membatik malam dengan screen yang biasa dipakai dan dikenal dalam teknik sablon atau printing.

Bandar Q Domino QQ Poker Online Terbaik Dan Terpercaya

Bandar Q Domino QQ Poker Online Terbaik Dan Terpercaya